Sunday, April 28, 2013

Alergi Telur

Alergi telur termasuk ke dalam golongan alergi tipe 1 atau dikenal dengan nama alergi kontak. Protein yang terdapat dalam telur merangsang reaksi sistem immun secara berlebihan. Sistem immun ini lalu menghasilkan antibodi untuk melawan protein pada telur yang sebenarnya tidak berbahaya. Penyebab reaksi immun tubuh yang berlebihan ini masih belum jelas dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Bagian telur yang paling sering menyebabkan alergi adalah putih telur walaupun ada beberapa kasus alergi yang disebabkan oleh kuning telur. Orang yang menderita alergi telur mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami alergi terhadap makanan yang berasal dari ayam.
Umumnya gejala alergi timbul beberapa menit sampai beberapa jam setelah penderita mengkonsumsi telur. Gejala dapat menetap sampai beberapa jam sampai dengan beberapa hari. Beberapa gejala yang sering timbul antara lain kemerahan dan gatal pada kulit, rasa mules pada perut, diare, mual, muntah, hidung meler, mata berair, sesak dan batuk.
Sampai saat ini salah satu metode untuk mengetahui bahwa seorang penderita mengidap alergi telur adalah dengan melakukan tes alergi. Tes alergi sebaiknya dilakukan oleh seorang spesialis alergi sehingga dapat diketahuii secara tepat jenis alergi yang diderita. Sebelum melaksanakan tes alergi, penderita diwajibkan tidak mengkonsumsi obat obatan anti alergi untuk mencegah hasil tes yang tidak valid. Ingatlah untuk selalu mendiskusikan pelaksanaan tes alergi dengan spesialis alergi sehingga didapatkan hasil seperti yang diharapkan.
Tes alergi dilaksanakan dengan cara memasukan ekstrak protein telur ke dalam kulit lalu di lihat efek yang terjadi pada kulit tersebut. Bila timbul bengkak kemerahan dan gatal maka dapat dipastikan bahwa penderita tersebut menderita alergi telur.
Tes alergi yang lain adalah ‘food challenge’. Penderita disuruh untuk menghindari segala bentuk makanan yang mengandung telur selama beberapa minggu. Memang agak sulit untuk benar benar menghilangkan protein telur dari makanan sebab ada beberapa makanan yang mengandung protein telur walaupun makanan tersebut tidak terbuat dari telur. Penderita dianjurkan untuk selalu membaca kandungan makanan yang terdapat pada label makanan yang dibeli sehingga saat menjalani tes ini penderita dapat semaksimal mungkin menghindari makanan yang mengandung protein telur.
Langkah selanjutnya adalah penderita disuruh hanya makan telur dalam pengawasan dokter. Jika setelah makan telur gejala alergi muncul maka penderita tersebut dapat dikatakan positif alergi telur. Pada penderita ini sangat tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi segala bentuk makanan yang mengandung telur.
Beberapa vitamin yang kita kenal ternyata cukup membantu mengurangi kejadian alergi seperti Vitamin A, B, C, E. Selain vitamin ada beberapa zat yang kurang lebih mempunyai fungsi yang sama dengan vitamin seperti asam pantothenic, glukosamin, antioksidan dan quercitin.

Sumber: http://blogkulitkelamin.blogspot.com/2009/01/alergi-telur.html

Luka Bakar dan Penanganannya ( combustio)

Tidak seperti luka bakar derajat tiga yang memerlukan penanganan medis khusus, luka bakar kecil yang sering kita alami di rumah ternyata membutuhkan penanganan simpel yang bisa dilakukan siapa saja. Tidak peduli apa yang menyebabkan luka bakar, hal yang paling utama dipikirkan adalah semakin cepat penanganannya maka hasilnya akan semakin baik. Apa yang anda lakukan pada menit menit pertama setelah terbakar akan menentukan hasil dari penyembuhan luka bakar tersebut pada kulit.
Susu merupakan cairan yang paling bagus untuk mengompress luka bakar kecil. Rendam daerah luka dengan susu selama 15 menit atau lebih. Bila anda kesulitan merendam, anda bisa menggunakan handuk yang telah dibasahi susu untuk menutup daerah yang terbakar. Lemak yang terdapat dalam susu akan menyejukan daerah yang terbakar dan mempercepat penyembuhan.
Setelah 24 jam, basuhlah daerah yang terbakar dengan lembut menggunakan sabun dan air bersih. Usahakan daerah luka tetap kering dan tertutup setelah dibersihkan untuk mencegah infeksi.
Menggunakan terlalu banyak es atau air yang sangat dingin akan memperburuk kondisi luka bakar. Gunakanlah air yang sejuk dan bukan yang dingin. Air sejuk akan mencegah jaringan yang terbakar meluas dan air ini berfungsi pula sebagai pereda rasa nyeri sementara.
Lidah buaya akan mempercepat proses penyembuhan. Dua atau tiga hari setelah terluka, anda dapat membubuhi daerah luka dengan cairan dari daun lidah buaya. Kesejukan dari cairan itu akan membantu meredakan nyeri. Gunakan empat sampai 5 kali sehari tanpa ditutup dengan perban.
Makanlah banyak makanan yang mengandung vitamin C. Vitamin ini akan membantu mempercepat proses penyembuhan luka. Selain itu, anda juga harus banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A dan E. Vitamin E akan mempercepat penyembuhan dan mencegah pembentukan jaringan parut.
Irislah kentang lalu tutup daerah yang terbakar menggunakan irisan tersebut. Zat tepung pada kentang akan menetralisir luka bakar, rasa nyeri dan mencegah pembentukan jaringan parut.
Madu yang digunakan untuk menutup luka akan menyejukan luka, meredakan nyeri dan mempercepat penyembuhan. Madu juga akan mencegah infeksi kuman serta melindungi daerah luka.
Minyak lavender akan meredakan rasa nyeri dan mempercepat penyembuhan serta mencegah jaringan parut. Pertama tama, bersihkan daerah luka dengan air dan sabun. Campur minyak lavender dengan minyak zaitun dengan perbandingan 1 : 3. Selanjutnya tutuplah daerah luka dengan campuran tadi.
Menutup luka bakar dengan menggunakan putih telur akan mencegah luka bakar menjadi kering.
Semua tips diatas hanya berlaku untuk luka bakar derajat ringan dengan daerah yang tidak begitu luas. Bila sebaliknya, anda harus segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut.

Sumber: http://blogkulitkelamin.blogspot.com/2009/01/luka-bakar-dan-penanganannya-combustio.html

Tetanus

1. Pengertian

Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.



2. Etlologi

Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4 - 0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk golongan Gram positif dan hidupnya anaerob. Spora dewasa mempunyai bagian yang ber bentuk bulat yang letaknya di ujung, penabuh genderang (drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanospasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin mi labil pada pemaanasan, pada suhu 650C akan hancur dalam 5 menit. Di samping itu dikenai pula tetanolisin yang bersifat hemolisis, yang perannya kurang berarti dalam proses penyakit.


Epidemiologi
Kuman ini tersebar di :

* Tanah terutama tanah garapan
* Dijumpai pada tinja manusia dan hewan


Faktor pencetus :
Perawatan luka yang tidak baik merupakan faktor pencetus tersering

Patogenesis
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan keadaan anaerob yang disukai untuk tumbuhnya kuman tetanus antara lain ;

* Luka tusuk yang dalam misalnya kena paku atau duri
* Luka karena kecelakaan baik lalu lintas maupun kacelakaan kerja
* Luka ringan seperti luka gores dan excoriasi


Hipotesa bekerjanya toksin :

1. Toksin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dan melalui sumbu silindris menuju cornu anterior CNS
2. Toksin diabsorbsi oleh sistem limfe masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam CNS


Gejala klinis :

* Masa inkubasi tetanus 2 – 21 hari
* Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak yang bisa berupa :
* Spastisitas otot terutama pada leher dan rahang
* Kesukaran membuka mulut
* Kaku kuduk
* Kejang sepanjang ruas tulang belakang
* Bila kejang tonik sedang berlangsung maka pada daerah muka nampak berwajah seperti kera ( Rhesus sardonicus )
* Serangan timbul paroximal dapat dicetuskan oleh rangsangan suara, cahaya, maupun sentuhan tetapi dapat timbul spontan
* Karena kontraksi otot yang kuat dapat terjadi aspirasi dan cyanosis, retensio urine dan bahkan fractura columna vertebrae
* Pada anak terkadang djumpai demam ringan


Pemeriksaan

* Pada anamnesa biasanya didapatkan riwayat luka
* Pada pemeriksaan fisik didapatkan kekakuan otot menyeluruh dan kejang
* Laboratorium biasanya dijumpai leukositosis


Prosedur penatalaksanaan tetanus

SARANA

* Oksigen
* Suction aparatus


PENATALAKSANAAN

1. Penderita diterima di penerimaan awal
2. Penderita dibaringkan di triage untuk diseleksi dan pemeriksaan awal
3. Penderita dibawa ke ruang kartu merah untuk pemeriksaan lebih lanjut
4. Penderita dilakukan pemeriksaan laboratorium
5. Berikan oksigen
6. Dilakukam penghisapan lendir dengan suction
7. Pasang infus RL
8. Penderita di MRS kan

Pada dasarnya, penatalaksaannya tetanus bertujuan untuk :
1. Eliminasi Kuman

* Debridement

Untuk meghilangkan suasana anaerob, dengan cara membuang jaringan yang rusak, membuang benda asing, merawat luka / infeksi umbilicus, membersihkan liang telinga / mengobati otitis media

* Antibiotika

Penicilline procaine 50.000 – 100.000 IU / kg / hari IM, 1 – 2 kali sehari minimal selama 10 hari.
Antibiotika lain ditambahkan sesuai dengan penyulit yang timbul.

2. Netralisasi Toksin :

* Toksin yang dapat dinetralisir adalah toksin yang belum melekat di jaringan.
* Dapat diberi TIGH 500 KI (neonatus) – 6000 KI i.m atau ATS 5000 KI – 100.000 KI.

3. Perawatan Suportif :
Perawatan penderita tetanus harus intensif dan rasional.
a. Nutrisi dan Cairan :

* Pemberian cairan IV disesuaikan jumlah dan jenisnya dengan keadaan penderita, seperti sering kejang, hiperpireksia dan sebagainya.
* Beri nutrisi tinggi kalori, bila perlu dengan nutrisi parenteral.
* Bila sonde nasogastric telah dapat dipasang (tanpa memperberat kejang), pemberian makanan per oral hendaknya segera dilaksanakan.

b. Menjaga agar pernapasan tetap efisien :

* Pembersihan saluran napas dari lendir.
* Pemberian zat asam tambahan.
* Bila perlu, lakukan tracheostomi (tetanus berat).

c. kekakuan dan mengatasi kejang :

* Antikonvulsan diberikan secara titrasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan respons klinis.
* Pada penderita yang cepat memburuk (serangan kejang makin sering dan makin lama), pemberian antikonvulsan dirubah seperti pada awal terapi, yaitu dimulai lagi dengan pemberian bolus, dilanjutkan dengan dosis rumatan yang lebih tinggi.
* Bila dosis maksimal telah tercapai namun kejang belum teratasi, harus dilakukan pelumpuhan otot secara total dan dibantu dengan pernapasan makanik (ventilator).


Sumber: http://syarafkedokteran.blogspot.com/2010/06/tetanus.html

Cairan Infus pada Anak


Berapa Banyak Cairan yang Dibutuhkan Anak Sehat?
Anak sehat dengan asupan cairan normal, tanpa memperhitungkan kebutuhan cairan yang masuk melalui mulut, membutuhkan sejumlah cairan yang disebut dengan “maintenance”.
Cairan maintenance adalah volume (jumlah) asupan cairan harian yang menggantikan “insensible loss” (kehilangan cairan tubuh yang tak terlihat, misalnya melalui keringat yang menguap, uap air dari hembusan napas dalam hidung, dan dari feses/tinja), ditambah ekskresi/pembuangan harian kelebihan zat terlarut (urea, kreatinin, elektrolit, dll) dalam urin/air seni yang osmolaritasnya/kepekatannya sama dengan plasma darah.
Kebutuhan cairan maintenance anak berkurang secara proporsional seiring meningkatnya usia (dan berat badan). Perhitungan berikut memperkirakan kebutuhan cairan maintenance anak sehat berdasarkan berat bdan dalam kilogram (kg).
Cairan yang digunakan untuk infus maintenance anak sehat dengan asupan cairan normal adalah:
NaCl 0.45% dengan Dekstrosa 5% + 20mmol KCl/liter
NPenyalahgunaan cairan infus yang banyak terjadi adalah dalam penanganan diare (gastroenteritis) akut pada anak.
Pemberian cairan infus banyak disalahgunakan (overused) di Unit Gawat Darurat (UGD) karena persepsi yang salah bahwa jenis rehidrasi ini lebih cepat menangani diare, dan mengurangi lama perawatan di RS.5
Gastroenteritis akut disebabkan oleh infeksi pada saluran cerna (gastrointestinal), terutama oleh virus, ditandai adanya diare dengan atau tanpa mual, muntah, demam, dan nyeri perut. Prinsip utama penatalaksanaan gastroenteritis akut adalah menyediakan cairan untuk mencegah dan menangani dehidrasi.6
Penyakit ini umumnya sembuh dengan sendirinya (self-limiting), namun jika tidak ditangani dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit yang bisa mengancam nyawa. Dehidrasi yang diakibatkan sering membuat anak dirawat di RS.6
Terapi cairan yang diberikan harus mempertimbangkan tiga komponen: rehidrasi (mengembalikan cairan tubuh), mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung, dan “maintenance”.3 Terapi cairan ini berdasarkan penilaian derajat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian Derajat Dehidrasi (dinyatakan dalam persentase kehilangan berat badan)3
Tanpa Dehidrasi:
  • Diare berlangsung, namun produksi urin normal, maka makan/minum dan menyusui diteruskan sesuai permintaan anak (merasa haus)
Dehidrasi Ringan 
  • Kotoran cair (watery diarrhea)
  • Produksi urin (air seni) berkurang
  • Senantiasa merasa haus
  • Permukaan lapisan lendir (bibir, lidah) agak kering
Dehidrasi Sedang (5-10%)
  • Turgor (kekenyalan) kulit berkurang
  • Mata cekung
  • Permukaan lapisan lendir sangat kering
  • Ubun-ubun depan mencekung
Dehidrasi Berat (>10%)
Tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah:
  • Denyut nadi cepat dan isinya kurang (hipotensi/tekanan darah menurun)
  • Ekstremitas (lengan dan tungkai) teraba dingin
  • Oligo-anuria (produksi urin sangat sedikit, kadang tidak ada), sampai koma
Penggantian Cairan pada Anak dengan Gastroenteritis
Derajat dehidrasi (persentase Cairan Rehidrasi Oral (CRO) Cairan intravena/infus
kehilangan berat badan/BB) 
Ringan (< 5%) 50 ml/kg BB dalam 3 – 4 jam Tidak direkomendasikan
Sedang (5 – 10%) 100 ml/kg BB dalam 3 – 4 jam Tidak direkomendasikan
Berat ( > 10%) 100 – 150 ml/kg BB dalam 20 ml /kg, Bolus dalam
3 – 4 jam (jika masih mampu satu jam (NaCl atau RL)
minum CRO)
Kehilangan BB berlanjut 10 ml/kg setiap habis BAB 10 ml/kg setiap habis BAB
atau muntah atau muntah

American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian CRO dalam penatalaksanaan diare (gastroenteritis) pada anak dengan dehidrasi derajat ringan-sedang. Penggunaan cairan infus hanya dibatasi pada anak dengan dehidrasi berat, syok, dan ketidakmampuan minum lewat mulut.5
Terapi rehidrasi (pemberian cairan) oral (oral rehydration therapy) seperti oralit dan Pedialyte® terbukti sama efektifnya dengan cairan infus pada diare (gastroenteritis) dengan dehidrasi sedang.4 Keuntungan tambahan lain adalah waktu yang dibutuhkan untuk memberikan terapi CRO ini lebih cepat dibandingkan dengan harus memasang infus terlebih dahulu di Unit Gawat Darurat (UGD) RS. Bahkan dalam analisis penatalaksanaan, pasien yang diterapi dengan CRO sedikit yang masuk perawatan RS. Hasil penelitian ini meyarankan cairan rehidrasi oral menjadi terapi pertama pada anak diare di bawah 3 tahun dengan dehidrasi sedang.4
Pada anak dengan muntah dan diare akut, apakah pemberian cairan melalui infus (intravenous fluids) mempercepat pemulihan dibandingkan dengan cairan rehidrasi oral (oral rehydration therapy/solution/CRO/oralit)?
Ternyata pemberian cairan infus tidak mempersingkat lamanya penyakit, dan bahkan mampu menimbulkan efek samping dibandingkan pemberian oralit.5
Sebuah penelitian meta analisis internasional yang membandingkan CRO (oralit) dengan cairan intravena/infus pada anak dengan derajat dehidrasi ringan sampai berat menunjukkan bahwa CRO mengurangi lamanya perawatan di RS sampai 29 jam.5 Sebuah studi lain juga menyimpulkan CRO menangani dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) dan asidosis (keasaman darah meningkat) lebih cepat dan aman dibandingkan cairan infus.5 Penelitian lain menunjukkan keuntungan lain oralit pada diare dengan dehidrasi ringan-sedang adalah mengurangi lamanya diare, meningkatkan (mengembalikan) berat badan anak, dan efek samping lebih minimal dibandingkan cairan infus.6

Sumber: http://ikakedokteran.blogspot.com/2010/06/cairan-infus-pada-anak.html

Pengertian Karya Ilmiah


“Karangan ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isisnya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya.”—Eko Susilo, M. 1995:11
Tujuan dari pembuatan karangan ilmiah, antara lain :
  • Memberi penjelasan
  • Memberi komentar atau penilaian
  • Memberi saran
  • Menyampaikan sanggahan
  • Membuktikan hipotesa
Karya ilmiah adalah suatu karya dalam bidang ilmu pengetahuan (science) dan teknologi yang berbentuk ilmiah. Suatu karya dapat dikatakan ilmiah apabila proses perwujudannya lewat metode ilmiah. Jonnes (1960) memberikan ketentuan ilmiah, antara lain dengan sifat fakta yang disajikan dan metode penulisannya.
Bila fakta yang disajikan berupa fakta umum yang obyektif dan dapat dibuktikan benar tidaknya serta ditulis secara ilmiah, yaitu menurut prosedur penulisan ilmiah, maka karya tulis tersebut dapat dikategorikan karya ilmiah, sedangkan bilamana fakta yang disajikan berupa dakta pribadi yang subyektif dan tidak dapat dibuktikan benar tidaknya serta tidak ditulis secara ilmiah, karya tulis tersebut termasuk karya tulis non ilmiah.
Sumber : http://mizan92.wordpress.com/2013/04/22/tugas-b-indo-2-chapter-4/

MACAM - MACAM KARANGAN ILMIAH


Macam – macam Karangan ilmiah, adalah

1. Skripsi; adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-obyektif, baik berdasarkan penelitian langsung, observasi lapangan / penelitian di laboratorium, ataupun studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

2. Tesis; adalah jenis karya tulis dari hasil studi sistematis atas masalah. Tesis mengandung metode pengumpulan, analisis dan pengolahan data, dan menyajikan kesimpulan serta mengajukan rekomendasi. Orisinalitas tesis harus nampak, yaitu dengan menunjukkan pemikiran yang bebas dan kritis. Penulisannya baku dan tesis dipertahankan dalam sidang. Tesis juga bersifat argumentative dan dihasilkan dari suatu proses penelitian yang memiliki bobot orisinalitas tertentu.
3. Disertasi; adalah karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program S3 ilmu pendidikan. Disertasi merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan penemuan baru dalam salah satu disiplin ilmu pendidikan.
4. Artikel ilmiah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dapat diartikan sebagai karya tulis lengkap. Misalnya laporan berita atau essai dalam majalah atau surat kabar.
Artikel ilmiah menurut Ilmu Pengetahuan adalah artikel yang memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Misalnya artikel yang bertema seni dan budaya. Artikel imiah juga dapat diartikan sebagai hasil berpikir ilmiah yang didasarkan pada rencana yang relatif matang karena akan memudahkan penulis untuk mewujudkan teks artikel. Selain itu, artikel juga merupakan suatu representasi hasil pemikiran atau suatu obyek kajian kepada pembaca melalui bahasa tulis dengan mengikuti sistematika dan kaidah penulisan ilmiah.
Peran artikel ilmiah sangat tergantung dari peruntukannya, yaitu untuk melaporkan (to report), mengartikan (to interpret) atau untuk menganalisis (to analyze) sumber-sumber yang dimiliki. Namun seringkali ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan.
Secara lebih spesifik, suatu artikel ilmiah harus memiliki ciri-ciri berikut:
1) Sintesa temuan-temuan tentang suatu topik dan pendapat penulis.
2) Pekerjaan yang memperlihatkan keaslian (originality) penulis.
3) Pengakuan/pernyataan/jawaban terhadap semua sumber yang digunakan.
4) Memperlihatkan bahwa penulis merupakan bagian dari suatu komunitas akademis.
Sehingga secara formal, pengertian artikel ilmiah adalah tulisan yang unik dan terintegrasi dari fakta (bukti) yang ada diluar penulis dan pengetian personal yang dihasilkan dari pemikiran penulisnya
Artikel ilmiah, bisa ditulis secara khusus, bisa pula ditulis berdasarkan hasil penelitian semisal skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam bentuk lebih praktis.
Artikel ilmiah dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan artikel ilmiah adalah pada penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak megurangi nilai keilmiahannya, mensyaratkan aturan sangat ketat sebelum sebuah artikel dapat dimuat. Pada setiap komponen artikel ilmiah ada pehitungan bobot. Karena itu, jurnal ilmiah dikelola oleh ilmuwan terkemuka yang ahli dibidangnya. Jurnal-jurnal ilmiah terakredetasi sangat menjaga pemuatan artikel. Akredetasi jurnal mulai dari D, C, B, dan A, dan atau bertaraf internasional. Bagi ilmuwan, apabila artikel ilmiahnya ditebitkan pada jurnal internasional, pertanda keilmuawannya ‘diakui’.
Jenis-Jenis Artikel
a) Artikel Praktis
Yaitu artikel yang suka ditulis dalam majalah atau koran yang singkat dan mudah dipahami
b) Artikel Ringan
Yaitu artikel yang mudah dipahami
c) Artikel Halaman Opini
Yaitu artikel yang ditulis dihalaman opini misalnya artikel tentang pendapat dari para pembaca
5) Kertas Kerja
Kertas kerja adalah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada makalah dengan menyajikan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris dan objektif. Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas kerja dibuat dengan analisis lebih dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis untuk dipresentasikan pada seminar atau lokakarya, yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Pada ‘perhelatan ilmiah’ tersebut kertas kerja dijadikan acuan untuk tujuan tertentu. Bisa jadi, kertas kerja ‘dimentahkan’ karena lemah, baik dari susut analisis rasional, empiris, ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau kemanfaatannya.
6) Makalah
Lazimnya, makalah dibuat melalui cara berfikir deduktif atau induktif. Tetapi, tidak menjadi soal manakala disajikan berbasis berpikir deduktif (saja) atau induktif (saja). Yang penting, tidak berdasar opini belaka. Makalah dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti karangan (dalam surat kabar, dsb).
Makalah, dalam tradisi akademik, adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari jenis karya ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya, adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding skripsi mahasiswa.
Makalah mahasiswa lebih kepada memenuhi tugas-tugas pekuliahan. Karena itu, aturannya tidak seketat makalah para ahli. Bisa jadi dibuat berdasarkan hasil bacaan tanpa menandemnya dengan kenyataan lapangan. Makalah lazim dibuat berdasrakan kenyatan dan kemudian ditandemkan dengan tarikan teoritis; mengabungkan cara pikir deduktif-induktif atau sebaliknya. Makalah adalah karya tulis (ilmiah) paling sederhana.
Ciri umum yang logis dari sebuah makalah adalah topik bahasannya yang bersifat penalaran logis dan penyusunannya yang sistematis. Makalah bersifat objektif dan tidak memihak, karena diambil berdasarkan fakta yang ada.
Berdasarkan sifat dan jenisnya makalah ada tiga jenis yaitu : makalah dedukatif, makalah indukatif, dan makalah campuran. Makalah dedukatif merupakan makalah yang penulisannya berdasar pada sebuah kajian teoritis yang berkesinamungan dengan makalah yang di bahas. Kemudian makalah indukatif merupakan makalah yang berasal dari hasil studi lapangan dan memiliki keterkaitan dengan pembahasan. Dan yang terakhir adalah makalah campuran. Makalah campuran adalah makalah yang cara penyusunannya berdasarkan kajian teoritis dan juga hasil studi lapangan yang relevan, atau bisa dikatakan bahwa makalah campuran merupakan makalah gabungan dari makalah indukatif dan makalah dedukatif.
Sumber: http://mizan92.wordpress.com/2013/04/22/tugas-b-indo-chapter/

Pengertian, Ciri, dan Bentuk Karangan Nonilmiah

Karangan nonilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri-ciri karangan nonilmiah:
a. ditulis berdasarkan fakta pribadi,
b. fakta yang disimpulkan subyektif,
c. gaya bahasa konotatif dan populer,
d. tidak memuat hipotesis,
e. penyajian dibarengi dengan sejarah,
f. bersifat imajinatif,
g. situasi didramatisir, dan
h. bersifat persuasif.
Contoh Karangan Nonilmiah
Dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman adalah contoh karangan nonilmiah. Berikut penulis kutipkan cuplikan novel Hantu Jeruk Purut karya Yennie Hardiwidjaja dan synopsis telenovela Maria Mercedes.
Perbedaan
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis_menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan_perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.
Pertama,karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri.
Kedua,karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah_langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga,dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan_perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semi-ilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semi-ilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semi-ilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semi-ilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semi-ilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah_istilah umum daripada istilah_istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semi-ilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara lain artikel,  feature,kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.
Karya nonilmiah bersifat
(1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
(2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
(3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif .
(4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti..

Sumber: http://mizan92.wordpress.com/2013/04/22/tugas-b-indo-chapter-6/