Wednesday, November 24, 2010

Social Network

Dalam dunia internet sekarang kelihatannya masa keemasan dari situs-situs jejaring sosial. Mulai dari friendster yang menghubungkan jutaan umat di seluruh dunia, hingga fenomena saat ini yang menggemparkan dunia yaitu Facebook dan Twitter. Jutaan informasi setiap detiknya melalui lalu lintas data di berbagai social network yang ada saat ini.

Apakah kalian tahu Twitter? Nah Twitter adalah micro-blogging atau blog mikro atau dapat dikatakan jejaring sosial seperti Facebook. Saat ini, di Indonesia Twitter masih kalah dengan Facebook yang hingga saat ini terdapat 500 juta lebih pengunjung di seluruh dunia. Tetapi apakah anda tahu Twitter juga merupakan jejaring sosial yang cukup ampuh apabila anda memanfaatkannya untuk mencari, mendapatkan teman serta memasarkan bisnis online anda.

Di Amerika, Twitter sangatlah populer bahkan hampir sama dengan Facebook. Salah satu penyebabnya mengapa Twitter begitu populer adalah karena kesederhanannya serta mampu menjawab tantangan sebuah media sosial untuk saling berkomunikasi secara lebih simpel antar pengguna.

Twitter didirikan oleh 3 orang yaitu Jack Dorsey, Biz Stone, dan Evan Williams pada bulan Maret 2006 dan diluncurkan pada bulan Juli di tahun yang sama. Twitter adalah jejaring sosial dan micro-blogging dimana kita sebagai pengguna dapat memberikan informasi tentang diri kita, bisnis dan lain sebagainya. Bagi anda yang sudah biasa dengan dunia blog tentunya paham bahwa kita dapat menuliskan artikel ke dalam blog kita. Namun jangan membayangkan bahwa Twitter juga dapat melakukan hal tersebut dengan bebas namun disinilah uniknya Twitter. Kita hanya dibatasi 140 karakter untuk menuliskan sebuah karakter, tidak bisa gambar dan video. Oleh karena itu, Twitter digolongkan ke dalam jenis micro-blogging. Mungkin ini salah satu alasan mengapa orang Indonesia kurang menyukai micro-blogging. Tetapi justru inilah letak kekuatan dan kehebatan Twitter. Tapi jangan anggap enteng dulu Twitter, saat ini Indonesia sudah sangat banyak dan semakin bertambah untuk menggunakan Twitter.

Awalnya layanan ini diberi nama 'twttr', terinspirasi dari nama sharing foto Flickr. Dan layanan ini awalnya juga terbatas digunakan oleh perusahaan Odeo saja.

Juli 2006 layanan ini mulai diluncurkan untuk public dengan nama “Twitter”. Nama layanan situs tersebut diperkuat dengan logo burung dan arti nama “Twitter” sendiri yang artinya ; kicau burung. Saat peluncuran pertama kali Twitter sudah memiliki brand, nama serta identitas yang jelas, padahal pendirinya belum tahu akan seperti apa model bisnis layanan ini.

Oktober 2006, Jack Dorsey menggandeng Biz Stone, Evan Williams membentuk Obvious Corp untuk membeli asset Odeo serta Twitter. Selanjutnya Odeo dan Twitter menjadi perusahaan yang terpisah. Untuk sumber dana dari Twitter sendiri didukung oleh perusahaan modal ventura (yang umum sering mendanai perusahaan start up yang potensial) seperti ; Benchmark Capital, Institusional Venture Partners, Union Square Ventures. Proses pendanaan Twitter ini menjunjukkan bahwa dalam bisnis teknologi internet seringkali suatu model bisnis awal memerlukan “suntikan dana” yang kuat. Karena belum tahu kapan model bisnis ini akan mulai menghasilkan. Sehingga perencanaan keuangan yang kuat mutlak diperlukan agar bisa survive dan menghasilkan cashflow positif.
Tipping point (meminjam judul buku Malcolm Gladwell) dari Twitter muncul pada saat festival music dan film South by SouthWest Festival di Austin Texas 2007. Pihak Twitter dengan cerdik memasang dua layar televisi raksasa untuk menayangkan secara live, pesan-pesan Twitter. Akirnya Twitter mendapat pemberitaan yang positif setelah event tersebut dan angka Tweet melonjak dari 20.000 menjadi 60.000. Dan sampai tahun 2009 jumlah pengguna Twitter terus tumbuh sampai 1382%/ bulan, fantastik. Pelajaran untuk hal ini, bagi para pelaku bisnis, terutama bisnis start-up harus cerdas memanfaatkan momentum untuk mendapatkan pemberitaan positif mengenai produknya, istilah kerennya “tipping point”. Bukan suatu hal yang tidak mungkin setelah ‘tipping point” akan terjadi pertumbuhan yang eksponensial.
Twitter terus berkembang menjadi situs micro-blogging dan menjadi media alternatif yang menarik ditengah hiruk pikuknya situs-situs jejaring sosial, dijaman Internet Web 2.0. Twitter tahun 2009 menambahkan kolom pencari (search bar), popular topics yang kemudian menjadi trending topics. Inovasi ini telah menempatkan Twitter menjadi salah satu mesin pencari (search engine) yang khas dan unik. Mencari sesuatu berdasarkan topik-topik yang menjadi tema tweet para “Tweeps”.
Suatu bentuk pencarian yang real-time dan lebih human mind-oriented. Twitter juga menambahkan fitur “Twitter List” yang memungkinkan kita mengikuti dan membalas daftar authors, bukan hanya sekadar mem-follow autor individu.
Inovasi-inovasi Twitter tersebut berbuah manis, pada awal tahun 2010, Google dan Microsoft membayar puluhan juta dollar untuk memasukkan hasil pencarian Twitter kedalam hasil pencarian search engine Google dan Bing (milik Microsoft).Ini adalah bukti Twitter mulai memiliki model bisnis yang potensial. Pesan moralnya adalah jangan pernah berpuas diri, pahami potensi kebutuhan pelanggan anda, lakukan perbaikan dan terobosan teru menerus. “Understand your costumers and revolve continuously , good is the enemy of the Great”.
Google sebagai pemain besar teknologi internet telah melaunching Google Buzz, sebagai bentuk media sosial Google. Buzz ini terintegrasi dengan layanan Google Mail. Dan Buzz ini bisa jadi sebagai pesaing terbesar Twitter.
Mampukah Twitter bertahan ?
Tapi yang jelas Twitter selama ini mampu memberikan layanan teknologi media sosial yang mampu menarik banyak pengguna, mulai dari individu sampai korporasi besar. Twitter mampu berperan sebagai media sosial alternatif yang menciptakan gaung tersendiri di era Web 2.0.

Pertumbuhan

Sudah lebih dari 400.000 tweets diposting per kuartal pada tahun 2007. Kemudian berkembang menjad 100 juta tweets diposting per kuartal pada 2008. Pada akhir tahun 2009, 2 miliar per kuartal tweets sudah diposting. Pada kuartal pertama tahun 2010, 4 miliar tweets yang diposting. Pada bulan Februari 2010 pengguna Twitter mengirimkan 50 juta tweets per hari. Pada Juni 2010, sekitar 65 juta tweets yang diposting setiap hari, setara dengan sekitar 750 tweets dikirim setiap detik, menurut Twitter.
Pengguna Twitter akan menjadi lebih aktif ketika ada kejadian menonjol. Sebagai contoh, rekor diciptakan pada Piala Dunia 2010, ketika penggemar menulis 2940 tweets per detik di kedua periode 30 setelah Jepang mencetak gol melawan Kamerun pada tanggal 14 Juni 2010. Rekor dipatahkan lagi ketika 3085 tweets per detik yang diposting setelah kemenangan Los Angeles Lakers di Final NBA 2010 pada tanggal 17 Juni 2010. Hal ini pun terjadi ketika penyanyi Michael Jackson meninggal dunia pada tanggal 25 Juni 2009, server Twitter turun karena pengguna memperbarui status mereka untuk memasukkan kata-kata "Michael Jackson" pada tingkat 100.000 tweets per jam.

Konten Dalam Twitter

Home

Pada halaman utama kita bisa melihat tweets yang dikirimkan oleh orang-orang yang menjadi teman kita. Selain itu di halaman utama ini

 

Profile

pada halaman ini yang akan dilihat oleh seluruh orang mengenai profil atau data diri serta tweet yang sudah pernah di-posting.

 

Follower

Pengikut adalah pengguna lain yang ingin menjadikan kita sebagai teman. Bila pengguna lain menjadi follower akun seseorang, maka tweets seseorang yang ia ikuti tersebut akan masuk ke dalam halaman utama.

 

Following

Kebalikan dari follower, following adalah akun seseorang yang mengikuti akun pengguna lain agar tweets yang dikirim oleh orang yang diikuti tersebut masuk ke dalam halaman utama.

 

Mentions

Biasanya konten ini merupakan balasan dari percakapan agar sesama pengguna bisa langsung menandai orang yang akan diajak bicara.

Favorite

Tweets ditandai sebagai favorit agar tidak hilang oleh halaman sebelumnya.

Direct Message

Fungsi direct message lebih bisa disebut SMS karena pengiriman pesan langsung di antara pengguna tanpa ada pengguna lain yang bisa melihat pesan tersebut kecuali pengguna yang dikirimi pesan.

Hashtag

penanda yang ditulis di depan topik tertentu agar pengguna lain bisa mencari topik yang sejenis yang ditulis oleh orang lain juga

List

pengguna twitter dapat mengelompokkan following mereka ke dalam satu grup atau list. sehingga memudahkan untuk dapat melihat secara keseluruhan para username yang mereka follow

Trending Topic

topik yang sedang banyak dibicarakan banyak pengguna dalam suatu waktu yang bersamaan

Isi Tweet

Isi Tweets menurut Pear Analytics.
§                     Berita
§                     Spam
§                     promosi diri
§                     Celoteh tidak berarti
§                     Percakapan
§                     Pass-along nilai

 

Peringkat

Twitter adalah merupakan salah satu dari 10 situs web yang paling sering dikunjungi di seluruh dunia oleh Alexa trafik web analisis. Februari 2009 Compete.com blog entry mengatakan bahwa Twitter berada di tingkat ketiga sebagai situs yang digunakan jaringan sosial berdasarkan jumlah pengunjung bulanan sebanyak 6 juta pengunjung. Pada bulan Maret 2009, Nielsen.com blog menyatakan Twitter sebagai situs yang tumbuh tercepat--dalam kategori Komunitas Anggota. Twitter memiliki pertumbuhan bulanan sebesar 1.382%, meningkat dari 475.000 pengunjung pada Februari 2008 menjadi 7 juta pada Februari 2009.

Aplikasi pihak ketiga

Kurang dari setengah tweets yang diposting menggunakan web, sedangkan sebagian besar pengguna menggunakan aplikasi pihak ketiga (berdasarkan analisis 500 juta tweets oleh Sysomos). Ada banyak alat atau aplikasi dari twitter. Beberapa di antarnya adalah aplikasi TweetDeck, Salesforce.com, HootSuite, Twitterfeed, Ubertwitter, Snaptu, dan masih banyak lagi.

Demografi

Menurut sebuah studi oleh Sysomos pada bulan Juni 2009, perempuan membentuk sebuah demografi Twitter lebih besar daripada laki-laki dimana persentasenya adalah 53% lebih dari 47%. Ia juga menyatakan bahwa 5% dari pengguna menyumbang 75% dari semua aktivitas, dan bahwa New York memiliki Twitter sebagian besar pengguna.
Pada perkembangannya, Twitter yang awalnya dirancang untuk digunakan oleh orang dewasa sebagai sarana pendukung dalam pekerjaan, sekarang ini justru didominasi oleh remaja. Hal ini dikarenakan fungsi Twitter yang sekarang sebagai wadah berkumpulnya para penggemar artis-artis. Bisa saja pengguna twitter tersebut adalah selebritis atau hanya sekedar basis fans. Dengan begitu para pengikut akun selebritis tersebut bisa memantau berita terbaru dari sang selebritis. Selebritis yang pertama kali menjaing satu juta pengikut dan juga sebagai pelopor akun selebritis adalah Ashton Kutcher. Kemudian diikuti oleh Oprah WinfreyBritney Spears, dan lain-lain.


Pengaruh situs jejaringan sosial
Dengan berkembangnya dunia teknologi , saat ini banyak situs - situs jejaring sosial yang menyedot perhatian banyak massa . Sebut saja Facebook yang belakangan ini sangat digandrungi anak kecil , remaja maupun dewasa . Sudah dapat dipastikan situs jejaring sosial ini memiliki dampak positif dan negatif bagi penggunanya itu sendiri . Pemanfaatan internet akhir - akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat . Media internet tidak lagi hanya sekedar menjadi media berkomunikasi semata , tetapi juga sebagai bagian tak terpisahkan dari dunia bisnis , industry , pendidikan dan pergaulan social . Khusus mengenai jejaring social atau pertemanan melalui dunia internet , atau lebih dikenal dengan social network pertumbuhannya sangat mencengangkan .
Jejaring sosial adalah sebutan lain terhadap web community . Jejaring sosial adalah tempat untuk para netter berkolaborasi dengan netter lainnya . Bentuk kolaborasi antara lain adalah 
* saling bertukar pendapat / komentar
* mencari teman
* saling mengirim email
* saling memberi penilaian
* saling bertukar file dan lain sebagainya 
Intinya situs jejaring sosial di kategorikan sebagai inter - aktivitas , contohnya :
1 . Jaringan sosial di internet
Jejaring sosial atau jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul - simpul ( umumnya adalah individu atau organisasi ) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai , visi , ide , teman , keturunan , dll .
Jejaring sosial sebagai struktur sosial yang terdiri dari elemen - elemen individual atau organisasi . Jejaring ini menunjukan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas , mulai dari mereka yang dikenal sehari - hari sampai dengan keluarga .
2 . Facebook adalah website jaringan sosial dimana para pengguna dapat bergabung dalam komunitas seperti kota , kerja , sekolah , dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain . Orang juga dapat menambahkan teman - teman mereka , mengirim pesan , dan memperbarui profil pribadi agar orang lain dapat melihat tentang dirinya .
Tentu saja situs jejaring sosial ini memiliki banyak dampak positif dan negatif atau banyak keuntungan yang diperoleh juga kerugian yang dihasilkan .
Dampak negatif :
1 . Kecanduan situs jejaring sosial seperti Facebook juga bisa membahayakan kesehatan karena memicu orang untuk mengisolasikan diri . Meningkatnya pengisolasian diri dapat mengubah cara kerja gen , membingungkan respons kekebalan , level hormon , fungsi urat nadi , dan merusak performa mental .
2 . Seseorang yang menghabiskan waktunya di depan komputer akan jarang berolahraga sehingga kecanduan aktivitas ini dapat menimbulkan kondisi fisik yang lemah , bahkan obesitas .
3 . Kerusakan fisik juga sangat mungkin terjadi . Bila menggunakan mouse atau memencet keypad ponsel selama berjam - jam setiap hari , seseorang dapat mengalami cedera tekanan yang berulang - ulang . Penyakit punggung juga merupakan hal yang umum terjadi , pada orang-orang yang menghabiskan banyak waktu duduk di depan meja komputer .
4 . Media elektronik , seperti komputer , laptop , atau handphone ( ponsel ) juga menghancurkan secara perlahan - lahan kemampuan anak - anak dan kalangan dewasa muda untuk mempelajari kemampuan sosial dan membaca bahasa tubuh . Maksudnya adalah seseorang akan mengalami pengurangan interaksi dengan sesama mereka dalam jumlah menit per harinya menyebabkan jumlah orang yang tidak dapat diajak berdiskusi mengenai masalah penting , menjadi semakin meningkat setiap harinya .
Dampak positif :
1 . Memperluas pergaulan .
2 . Sebagai media promosi dalam bisnis .
Semenjak situs jejaring sosial seperti facebook muncul jadi menyedot perhatian publik . Sebagian besar menghabiskan waktu berjam - jam untuk mengunjungi situs tersebut . Oleh karena itu diperlukan cara untuk mengatasi kecanduan jaringan sosial ini seperti dengan membatasi waktu penggunaan internet , terutama situs jaringan sosial . Kita juga perlu belajar menggunakan jaringan internet secara bijak sehingga kita tidak menjadi orang yang mencandu akan jejaring sosial . Sebaiknya para pengguna situs jejaring sosial ini tidak harus berhenti total untuk tidak menikmati situs tersebut , namun lebih bijak kalau secara perlahan untuk menguranginya yaitu dengan mengurangi jam bermain Facebook . 

Tidakkah anda kecanduan jaringan sosial internet ?
Kecanduan jaringan sosial internet ( internet social network ) , kedengarannya merupakan sesuatu yang mustahil terjadi . Terlalu mengada - ada . Mana mungkin jaringan sosial internet bisa menjadi candu , jika tidak bisa dinikmati seperti layaknya makanan ?
Namun kecanduan jaringan sosial internet merupakan ancaman yang benar - benar ada . “ Facebook adalah tempat yang menyenangkan . Anda tak perlu berurusan dengan hal - hal yang merepotkan ” kata Joanna Lipari , psikolog University of California , Los Angles .
Memang dampak negatif jaringan sosial internet belumlah setragis dampak negatif narkoba . Atau secara psikologis belum mampu membuat semangat orang terpuruk , seperti para caleg yang depresi karena tidak terpilih . Namun ancaman ini benar - benar nyata . Seorang ibu di Amerika Serikat mengatakan bahwa anaknya menghabiskan waktu berjam - jam untuk bermain di jaringan sosial internet . Panggilan , bahkan e-mailnya tidak diindahkan sama sekali .
Ada lagi kisah pasangan suami istri yang harus berpisah hanya karena salah satu dari mereka berhubungan via jaringan sosial internet dengan mantan pacarnya . Kepada mantan pacarnya , orang itu menulis pesan bahwa pernikahannya tidaklah sebahagia yang diharapkan . Bahkan seorang anak harus mati bunuh diri hanya karena membaca tulisan seorang temannya yang sudah dewasa bahwa kehidupan orang dewasa tidaklah menyenangkan .
Memang belum ada bukti nyata tentang dampak negatif jaringan sosial internet . Namun ada sebuah survei terhadap pekerja di Amerika Serikat ( US ) dan Inggris ( UK ) mengenai penggunaan internet untuk kepentingan pribadi pada jam kerja . Survei ini menyatakan 63 % responden mengaku sibuk dengan e-mailnya di tempat kerja . 51 % responden US dan 56 % responden UK melakukan on line up date secara reguler di tempat kerja . 85 % responden US dan 89 % responden UK mengira bahwa penggunaan internet untuk keperluan pribadi di tempat kerja masih bisa diterima oleh perusahaan . Bahkan 72 % responden US dan 80 % responden UK mengatakan bahwa mereka seharusnya diberi akses lebih besar menggunakan internet untuk kepentingan pribadi . Dan jika dibuat aturan pembatasan penggunaan internet untuk kepentingan pribadi , hanya 5 % responden US dan 3 % responden UK yang akan menaatinya . Penggunaan jaringan internet perusahaan untuk keperluan pribadi secara berlebihan tentu akan membebani jaringan internet perusahaan .
" Ah itu kan di Amerika dan di Eropa , kita kan di Indonesia " Mungkin kita akan berpikir demikian . Namun ada baiknya jika kita mengaca diri . Ada berbagai ciri yang kelihatannya akurat dalam mengukur kecenderungan ini .
Joanna Lipari menyajikan lima ciri pecandu Facebook . Pertama , mengurangi jatah tidur malam demi Facebook . Kedua , menghabiskan lebih dari saju jam tiap hari hanya untuk bermain di Facebook . Ketiga , berhubungan dengan mantan kekasih dan menjalin cinta yang obsesif . Keempat , mengurangi jatah bekerja karena Facebook lebih menarik . Dan kelima , jika Anda kehilangan akses terhadap Facebook , Anda berpikir akan “ berkeringat dingin ”
Julian Cole juga menyajikan ciri - ciri kecanduan jaringan sosial internet . Pertama , sering mengunjungi situs jaringan sosial . Kedua , mengalami dampak negatif psikologis dan fisikis jika tidak dapat mengakses jaringan sosial internet . Dan ketiga , menjadwalkan kegiatan - kegiatan di sekitar waktu on line .
Natali del Conte , senior editor CNET com , mengatakan bahwa jika anda normal maka anda harus mampu hidup normal di dunia nyata tanpa kehadiran jaringan sosial internet .
Tora Stiles menuliskan 10 tanda jika Anda kecanduan Facebook . Pertama , Facebook menjadi “ homepage ” mu . Kedua , Anda meng - up date status Facebook lebih dari dua kali sehari . Ketiga , Anda memiliki 500 “ teman ” , dimana separuhnya belum pernah Anda temui . Keempat , jika Anda tidak di depan komputer Anda akan mengaktifkan Facebook HP . Kelima , Anda menjadi Facebook “ stalker ” , yaitu jika melihat profil orang lain dengan atau tanpa pesan . Anda menarik dan memasang ( dragged and dropped ) lebih dari tiga foto Facebook . Keenam , Anda mengganti foto profil Anda . Ketujuh , Anda memeriksa Facebook Anda ketika membaca artikel ini . Kedelapan , Anda menghapus “ dinding ” Anda sehingga kelihatan jarang mengunjungi Facebook . Kesembilan , Anda menjadi anggota lebih dari sepuluh group dan merespon setiap ajakan meski Anda tahu bahwa group tersebut belum tentu bermanfaat bagi Anda . Dan kesepuluh , Anda mengubah status hubungan Anda sehingga orang lain terkacaukan .
Mengapa jaringan sosial internet mampu mempengaruhi keseharian hidup kita ? Menurut Mary Helen , dalam jaringan sosial internet , arus informasi berdatangan dengan sangat deras . Secara normal informasi ini akan dicerna oleh logika dan dilanjutkan ke area emosi . Jika informasi terlalu cepat berubah , maka akan terjadi kesenjangan antara logika yang menerima informasi dan emosi . “ Jika sesuatu terjadi terlalu cepat , Anda mungkin akan kehilangan emosi Anda terhadap orang lain dan akan berpengaruh terhadap moralitas Anda ” kata Mary Helen .
Berdasar scan otak diketahui bahwa orang bisa memproses dan merespon kesengsaraan orang lain . Namun butuh waktu untuk mengungkapkannya . Masih menjadi pertanyaan di kalangan ahli bagaimana ongkos emosi ( emotional cost ) jika hal ini terjadi pada orang muda .
Bagaimana solusinya ?
Natali del Conte menyatakan bahwa solusinya adalah dengan menghindari kecenderungan kecanduan internet . Pertama , dengan menentukan alokasi dan batasan waktu penggunaan internet , terutama situs jaringan sosial . Kedua , dengan mematikan dering tanda e-mail ( e-mail notifications ) . Ketiga , jangan meninggalkan jendela ( window ) jaringan sosial internet terbuka jika sekiranya sudah tidak terlalu dibutuhkan . Keempat , jangan menggunakan aplikasi jaringan sosial internet pada HP .
Kita juga perlu belajar menggunakan jaringan internet secara bijak . Ada baiknya Anda membaca surat - surat Paus ( www.vatican.va ) dalam rangka Hari Komunikasi Sosial Sedunia , terutama untuk tahun 2009 ini . Bapa Suci menulis bahwa hendaknya mode komunikasi digunakan untuk mendorong kemajuan peradaban . Artinya mengoptimalkan yang positif dan meminimalkan yang negatif . Meski ajaran ini dikeluarkan oleh institusi Gereja , namun ajaran ini bersifat universal , sehingga bisa dipelajari oleh siapa saja .


sumber:
http://www.unikaja.com/2010/05/sejarah-twitter.html#axzz169zZ6Isr
http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=13826

Friday, November 12, 2010

Ateisme



Ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme. Dalam pengertian yang paling luas, ia adalah ketiadaan kepercayaan pada keberadaan dewa atau Tuhan.
Istilah ateisme berasal dari Bahasa Yunani ἄθεος (atheos), yang secara peyoratif digunakan untuk merujuk pada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan agama/kepercayaan yang sudah mapan di lingkungannya. Dengan menyebarnya pemikiran bebas, skeptisisme ilmiah, dan kritik terhadap agama, istilah ateis mulai dispesifikasi untuk merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada tuhan. Orang yang pertama kali mengaku sebagai "ateis" muncul pada abad ke-18. Pada zaman sekarang, sekitar 2,3% populasi dunia mengaku sebagai ateis, manakala 11,9% mengaku sebagai nonteis. Sekitar 65% orang Jepang mengaku sebagai ateis, agnostik, ataupun orang yang tak beragama; dan sekitar 48%-nya di Rusia. Persentase komunitas tersebut di Uni Eropa berkisar antara 6% (Italia) sampai dengan 85% (Swedia).
Banyak ateis bersikap skeptis kepada keberadaan fenomena paranormal karena kurangnya bukti empiris. Yang lain memberikan argumen dengan dasar filosofis, sosial, atau sejarah.

Pada kebudayaan Barat, ateis seringkali diasumsikan sebagai tak beragama (ireligius). Beberapa aliran Agama Buddha tidak pernah menyebutkan istilah 'Tuhan' dalam berbagai upacara ritual, namun dalam Agama Buddha konsep ketuhanan yang dimaksud mempergunakan istilah Nibbana. Karenanya agama ini sering disebut agama ateistik. Walaupun banyak dari yang mendefinisikan dirinya sebagai ateis cenderung kepada filosofi sekuler seperti humanisme, rasionalisme, dan naturalisme, tidak ada ideologi atau perilaku spesifik yang dijunjung oleh semua ateis.

Asal Istilah

Pada zaman Yunani Kuno, kata sifat atheos (ἄθεος, berasal dari awalan ἀ- + θεός "tuhan") berarti "tak bertuhan". Kata ini mulai merujuk pada penolakan tuhan yang disengajakan dan aktif pada abad ke-5 SM, dengan definisi "memutuskan hubungan dengan tuhan/dewa" atau "menolak tuhan/dewa". Terjemahan modern pada teks-teks klasik kadang-kadang menerjemahkan atheos sebagai "ateistik". Sebagai nomina abstrak, terdapat pula ἀθεότης (atheotēs ), yang berarti "ateisme". Cicero mentransliterasi kata Yunani tersebut ke dalam bahasa Latin atheos. Istilah ini sering digunakan pada perdebatan antara umat Kristen awal dengan para pengikut agama Yunani Kuno (Helenis), yang mana masing-masing pihak menyebut satu sama lainnya sebagai ateis secara peyoratif.

Ateisme pertama kali digunakan untuk merujuk pada "kepercayaan tersendiri" pada akhir abad ke-18 di Eropa, utamanya merujuk pada ketidakpercayaan pada Tuhan monoteis. Pada abad ke-20, globalisasi memperluas definisi istilah ini untuk merujuk pada "ketidakpercayaan pada semua tuhan/dewa", walaupun adalah masih umum untuk merujuk ateisme sebagai "ketidakpercayaan pada Tuhan (monoteis)". Akhir-akhir ini, terdapat suatu desakan di dalam kelompok filosofi tertentu untuk mendefinisikan ulang ateisme sebagai "ketiadaan kepercayaan pada dewa/dewi", daripada ateisme sebagai kepercayaan itu sendiri. Definisi ini sangat populer di antara komunitas ateis, walaupun penggunaannya masih sangat terbatas.

Definisi dan Pembedaan

Para penulis berbeda-beda dalam mendefinisikan dan mengklasifikasi ateisme, yakni apakah ateisme merupakan suatu kepercayaan tersendiri ataukah hanyalah ketiadaan pada kepercayaan, dan apakah ateisme memerlukan penolakan yang secara sadar dan eksplisit dilakukan. Berbagai kategori telah diajukan untuk mencoba membedakan jenis-jenis bentuk ateisme.

Beberapa ambiguitas dan kontroversi yang terlibat dalam pendefinisian ateisme terletak pada sulitnya mencapai konsensus dalam mendefinisikan kata-kata seperti dewa dan tuhan. Pluralitas dalam konsep ketuhanan dan dewa menyebabkan perbedaan pemikiran akan penerapan kata ateisme. Dalam konteks teisme didefinisikan sebagai kepercayaan pada Tuhan monoteis, orang-orang yang percaya pada dewa-dewi lainnya akan diklasifikasikan sebagai ateis. Sebaliknya pula, orang-orang Romawi kuno juga menuduh umat Kristen sebagai ateis karena tidak menyembah dewa-dewi paganisme. Pada abad ke-20, pandangan ini mulai ditinggalkan seiring dengan dianggapnya teisme meliputi keseluruhan kepercayaan pada dewa/tuhan.

Bergantung pada apa yang para ateis tolak, penolakan ateisme dapat berkisar dari penolakan akan keberadaan tuhan/dewa sampai dengan keberadaan konsep-konsep spiritual dan paranormal seperti yang ada pada agama Hindu dan Buddha.

Definisi ateisme juga bervariasi dalam halnya sejauh mana seseorang harus mengambil posisi mengenai gagasan keberadaan tuhan untuk dianggap sebagai ateis. Ateisme kadang-kadang didefinisikan secara luas untuk meliputi ketiadaan kepercayaan akan keberadaan tuhan/dewa. Definisi yang luas ini akan memasukkan orang-orang yang tidak memiliki konsep teisme sebagai ateis. Pada tahun 1772, Baron d'Holbach mengatakan bahwa "Semua anak-anak dilahirkan sebagai ateis, karena mereka tidak tahu akan Tuhan." George H. Smith (1979) juga mensugestikan bahwa: "Orang yang tidak kenal dengan teisme adalah ateis karena ia tidak percaya pada tuhan. Kategori ini juga akan memasukkan anak dengan kapasitas konseptual untuk mengerti isu-isu yang terlibat, tapi masih tidak sadar akan isu-isu tersebut (sebagai ateis). Fakta bahwa anak ini tidak percaya pada tuhan membuatnya pantas disebut ateis." Smith menciptakan istilah ateisme implisit untuk merujuk pada "ketiadaan kepercayaan teistik tanpa penolakan yang secara sadar dilakukan" dan ateisme eksplisit untuk merujuk pada definisi ketidakpercayaan yang dilakukan secara sadar.

Dalam kebudayaan Barat, pandangan bahwa anak-anak dilahirkan sebagai ateis merupakan pemikiran yang baru. Sebelum abad ke-18, keberadaan Tuhan diterima secara sangat luas sedemikiannya keberadaan ateisme yang benar-benar tidak percaya akan Tuhan itu dipertanyakan keberadaannya. Hal ini disebut theistic innatism (pembawaan lahir teistik), yakni suatu nosi bahwa semua orang percaya pada Tuhan dari lahir. Pandangan ini memiliki konotasi bahwa para ateis hanyalah menyangkal diri sendiri. Terdapat pula sebuah posisi yang mengklaim bahwa ateis akan dengan cepat percaya pada Tuhan pada saat krisis, bahwa ateis percaya pada tuhan pada saat meninggal dunia, ataupun bahwa "tidak ada ateis dalam lubang perlindungan perang (no atheists in foxholes)." Beberapa pendukung pandangan ini mengklaim bahwa keuntungan antropologis agama membuat manusia dapat mengatasi keadaan susah lebih baik. Beberapa ateis menitikberatkan fakta bahwa terdapat banyak contoh yang membuktikan sebaliknya, di antaranya contoh-contoh "ateis yang benar-benar berada di lubang perlindungan perang."

Para filsuf seperti Antony Flew, Michael Martin, dan William L. Rowe membedakan antara ateisme kuat (positif) dengan ateisme lemah (negatif). Ateisme kuat adalah penegasan bahwa tuhan tidak ada, sedangkan ateisme lemah meliputi seluruh bentuk ajaran nonteisme lainnya. Menurut kategorisasi ini, siapapun yang bukan teis dapatlah ateis yang lemah ataupun kuat. Istilah lemah dan kuat ini merupakan istilah baru; namun istilah yang setara seperti ateisme negatif dan positif telah digunakan dalam berbagai literatur-literatur filosofi dan apologetika Katolik (dalam artian yang sedikit berbeda). Menggunakan batasan ateisme ini, kebanyakan agnostik adalah ateis lemah.

Manakala Martin, menegaskan bahwa agnostisisme memiliki bawaan ateisme lemah, kebanyakan agnostik memandang pandangan mereka berbeda dari ateisme, yang mereka liat ateisme sama saja tidak benarnya dengan teisme. Ketidaktercapaian pengetahuan yang diperlukan untuk membuktikan atau membantah keberadaan tuhan/dewa kadang-kadang dilihat sebagai indikasi bahwa ateisme memerlukan sebuah lompatan kepercayaan. Respon ateis terhadap argumen ini adalah bahwa dalil-dalil keagamaan yang tak terbukti seharusnyalah pantas mendapatkan ketidakpercayaan yang sama sebagaimana ketidakpercayaan pada dalil-dalil tak terbukti lainnya, dan bahwa ketidakterbuktian keberadaan tuhan tidak mengimplikasikan bahwa probabilitas keberadaan tuhan sama dengan probabilitas ketiadaan tuhan. Filsuf Skotlandia J. J. C. Smart bahkan berargumen bahwa "kadang-kadang seseorang yang benar-benar ateis dapat menyebut dirinya sebagai seorang agnostik karena generalisasi skeptisisme filosofis tak beralasan yang akan menghalangi kita dari berkata kita tahu apapun, kecuali mungkin kebenaran matematika dan logika formal." Karenanya, beberapa penulis ateis populer seperti Richard Dawkins memilih untuk membedakan posisi teis, agnostik, dan ateis sebagai spektrum probabilitas terhadap pernyataan "Tuhan ada" (spektrum probabilitas teistik).

Dasar Pemikiran

Batasan dasar pemikiran ateistik yang paling luas adalah antara ateisme praktis dengan ateisme teoretis. Bentuk-bentuk ateisme teoretis yang berbeda-beda berasal dari argumen filosofis dan dasar pemikiran yang berbeda-beda pula. Sebaliknya, ateisme praktis tidaklah memerlukan argumen yang spesifik dan dapat meliputi pengabaian dan ketidaktahuan akan pemikiran tentang tuhan/dewa.

Dalam ateisme praktis atau pragmatis, yang juga dikenal sebagai apateisme, individu hidup tanpa tuhan dan menjelaskan fenomena alam tanpa menggunakan alasan paranormal. Menurut pandangan ini, keberadaan tuhan tidaklah disangkal, namun dapat dianggap sebagai tidak penting dan tidak berguna; tuhan tidaklah memberikan kita tujuan hidup, ataupun mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuk ateisme praktis dengan implikasinya dalam komunitas ilmiah adalah naturalisme metodologis, yaitu pengambilan asumsi naturalisme filosofis dalam metode ilmiah yang tidak diucapkan dengan ataupun tanpa secara penuh menerima atau mempercayainya."

Ateisme praktis dapat berupa:
- Ketiadaan motivasi religius, yakni kepercayaan pada tuhan tidak memotivasi tindakan moral, religi, ataupun bentuk-bentuk tindakan lainnya;
- Pengesampingan masalah tuhan dan religi secara aktif dari penelusuran intelek dan tindakan praktis;
- Pengabaian, yakni ketiadaan ketertarikan apapun pada permasalahan tuhan dan agama; dan
- Ketidaktahuan akan konsep tuhan dan dewa.

Ateisme teoretis secara eksplisit memberikan argumen menentang keberadaan tuhan, dan secara aktif merespon kepada argumen teistik mengenai keberadaan tuhan, seperti misalnya argumen dari rancangan dan taruhan Pascal. Terdapat berbagai alasan-alasan teoretis untuk menolak keberadaan tuhan , utamanya secara ontologis, gnoseologis, dan epistemologis. Selain itu terdapat pula alasan psikologis dan sosiologis.

Argumen Epistemologis dan Ontologis

Ateisme epistemologis berargumen bahwa orang tidak dapat mengetahui Tuhan ataupun menentukan keberadaan Tuhan. Dasar epistemologis ateisme adalah agnostisisme. Dalam filosofi imanensi, ketuhanan tidak dapat dipisahkan dari dunia itu sendiri, termasuk pula pikiran seseorang, dan kesadaran tiap-tiap orang terkunci pada subjek. Menurut bentuk agnostisisme ini, keterbatasan pada perspektif ini menghalangi kesimpulan objektif apapun mengenai kepercayaan pada tuhan dan keberadaannya. Agnostisisme rasionalistik Kant dan Pencerahan hanya menerima ilmu yang dideduksi dari rasionalitas manusia. Bentuk ateisme ini memiliki posisi bahwa tuhan tidak dapat dilihat sebagai suatu materi secara prinsipnya, sehingga tidak dapat diketahui apakah ia ada atau tidak. Skeptisisme, yang didasarkan pada pemikiran Hume, menegaskan bahwa kepastian akan segala sesuatunya adalah tidak mungkin, sehingga seseorang tidak akan pernah mengetahui keberadaan tentang Tuhan. Alokasi agnostisisme terhadap ateisme adalah dipertentangkan; ia juga dapat dianggap sebagai pandangan dunia dasar yang independen.

Argumen lainnya yang mendukung ateisme yang dapat diklasifikasikan sebagai epistemologis ataupun ontologis meliputi positivisme logis dan ignostisisme, yang menegaskan ketidakberartian ataupun ketidakterpahaman istilah-istilah dasar seperti "Tuhan" dan pernyataan seperti "Tuhan adalah mahakuasa." Nonkognitivisme teologis memiliki posisi bahwa pernyataan "Tuhan ada" bukanlah suatu dalil, namun adalah omong kosong ataupun secara kognitif tidak berarti.

Argumen Metafisika

Ateisme metafisik didasarkan pada monisme metafisika, yakni pandangan bahwa realitas adalah homogen dan tidak dapat dibagi. Ateis metafisik absolut termasuk ke dalam beberapa bentuk fisikalisme, sehingga secara eksplisit menolak keberadaan makhluk-makhluk halus. Ateis metafisik relatif menolak secara implisit konsep-konsep ketuhanan tertentu didasarkan pada ketidakkongruenan antara filosofi dasar mereka dengan sifat-sifat yang biasanya ditujukan kepada tuhan, misalnya transendensi, sifat-sifat personal, dan keesaan tuhan. Contoh-contoh ateisme metafisik relatif meliputi panteisme, panenteisme, dan deisme.

Argumen psikologis , sosiologis , ekonomi

Para filsuf seperti Ludwig Feuerbach dan Sigmund Freud berargumen bahwa Tuhan dan kepercayaan keagamaan lainnya hanyalah ciptaan manusia, yang diciptakan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan psikologis dan emosi manusia. Hal ini juga merupakan pandangan banyak Buddhis. Karl Marx dan Friedrich Engels, dipengaruhi oleh karya Feuerbach, berargumen bahwa kepercayaan pada Tuhan dan agama adalah fungsi sosial, yang digunakan oleh penguasa untuk menekan kelas pekerja. Menurut Mikhail Bakunin, "pemikiran akan Tuhan mengimplikasikan turunnya derajat akal manusia dan keadilan; ia merupakan negasi kebebasan manusia yang paling tegas, dan seperlunya akan berakhir pada perbudakan umat manusia, dalam teori dan prakteknya." Ia membalikkan aforisme Voltaire yang terkenal yang berbunyi jika "Tuhan tidak ada, maka adalah perlu untuk menciptakanNya", dengan menulis: "Jika Tuhan benar-benar ada, maka adalah perlu untuk menghapusnya."

Argumen Logis dan Berdasarkan Bukti

Ateisme logis memiliki posisi bahwa berbagai konsep ketuhanan, seperti tuhan personal dalam kekristenan, dianggap secara logis tidak konsisten. Para ateis ini memberikan argumen deduktif yang menentang keberadaan Tuhan, yang menegaskan ketidakcocokan antara sifat-sifat tertentu Tuhan, misalnya kesempurnaan, status pencipta, kekekalan, kemahakuasaan, kemahatahuan, kemahabelaskasihan, transendensi, kemahaadilan, dan kemahapengampunan Tuhan.
Ateis teodisi percaya bahwa dunia ini tidak dapat dicocokkan dengan sifat-sifat yang terdapat pada Tuhan dan dewa-dewi sebagaimana yang diberikan oleh para teolog. Mereka berargumen bahwa kemahatahuan, kemahakuasaan, dan kemahabelaskasihan Tuhan tidaklah cocok dengan dunia yang penuh dengan kejahatan dan penderitaan, dan welas kasih tuhan/dewa adalah tidak dapat dilihat oleh banyak orang. Argumen yang sama juga diberikan oleh Siddhartha Gautama, pendiri Agama Buddha.

Argumen Antroposentris

Ateisme aksiologis atau konstruktif menolak keberadaan tuhan, dan sebaliknya menerima keberadaan "kemutlakan yang lebih tinggi" seperti kemanusiaan. Ateisme dalam bentuk ini menganggap kemanusiaan sebagai sumber mutlak etika dan nilai-nilai, dan mengizinkan individu untuk menyelesaikan permasalahan moral tanpa bergantung pada Tuhan. Marx, Nietzsche, Freud, dan Sartre semuanya menggunakan argumen ini untuk menyebarkan pesar-pesan kebebasan, Übermensch, dan kebahagiaan tanpa kekangan.

Salah satu kritik yang paling umum terhadap ateisme adalah bahwa menolak keberadaan Tuhan akan membawa pada relativisme moral, menyebabkan seseorang tidak bermoral ataupun tidak memiliki dasar etika, atau membuat hidup tidak berarti dan menyedihkan.[49] Blaise Pascal memaparkan argumen ini pada tahun 1669.

Demografi

Adalah sulit untuk menghitung jumlah ateis di dunia. Para responden survei dapat mendefinisikan "ateisme" secara berbeda-beda ataupun menarik garis batas yang berbeda antara ateisme, kepercayaan non-religius, dan kepercayaan religius non-teis dan spiritual. Selain itu, masyarakat di beberapa belahan dunia enggan melaporkan dirinya sebagai ateis untuk menghindari stigma sosial, diskriminasi, dan penganiayaan. Survei tahun 2005 yang dipublikasi dalam Encyclopædia Britannica menunjukkan bahwa kelompok non-religius mencapai sekitar 11,9% populasi dunia, dan ateis sekitar 2,3%. Jumlah ini tidak termasuk orang-orang yang memeluk agama ateistik, seperti agama Buddha. Survei November-Desember 2006 yang dilakukan di Amerika Serikat dan lima negara Eropa, dan dipublikasi di Financial Times menunjukkan bahwa orang Amerika (73%) cenderung lebih percaya kepada tuhan/dewa atau makhluk tertinggi dalam bentuk apapun daripada orang Eropa. Di antara orang dewasa Eropa yang disurvei, orang Italia adalah yang paling banyak percaya (62%) dan orang Perancis adalah yang paling rendah (27%). Di Perancis, 32% mengaku dirinya sebagai ateis, dan 32% lainnya mengaku sebagai agnostik. Survei resmi Uni Eropa memberikan hasil-hasil berikut: 18% populasi Uni Eropa tidak percaya pada tuhan; 27% yakin akan keberadaan beberapa "makhluk harus atau roh", manakala 52% percaya pada tuhan-tuhan tertentu. Proporsi orang yang percaya naik menjadi 65% pada orang-orang yang putus sekolah pada usia 15; responden survei yang menganggap dirinya berasal dari latar belakang keluarga yang keras juga lebih cenderung percaya pada tuhan daripada yang merasa dirinya tumbuh di lingkungan tanpa aturan yang keras.

Sebuah surat yang dipublikasi di Nature pada tahun 1998 melaporkan sebuah survei bahwa kepercayaan pada tuhan personal ataupun kehidupan setelah mati berada dalam posisi terendah di antara para anggota Akademi Sains Nasional Amerika Serikat, hanya 7,0% anggota yang percaya pada tuhan personal, dibandingkan dengan lebih dari 85% masyarakat AS secara umumnya. Pada tahun yang sama pula, Frank Sulloway dari Institut Teknologi Massachusetts dan Michael Shermer dari California State University melakukan sebuah kajian yang menemukan bahwa pada sampel survei mereka yang terdiri dari orang dewasa AS yang "dipercayai" (12% Ph.D dan 62% lulusan perguruan tinggi), 64%-nya percaya pada Tuhan, dan terdapat sebuah korelasi yang mengindikasikan menurunnya tingkat kepercayaan seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan. Korelasi yang berbanding terbalik antara keimanan dengan kecerdasan juga telah ditemukan pada 39 kajian yang dilakukan antara tahun 1927 sampai dengan tahun 2002, menurut sebuah artikel dalam Majalah Mensa. Penemuan ini secara luas sesuai dengan meta-analisis statistis tahun 1958 yang dilakukan oleh Profesor Michael Argyle dari Universitas Oxford. Ia menganalisa tujuh kajian riset yang telah menginvestigasi korelasi antara sikap terhadap agama dengan pengukuran kecerdasan pada pelajar-pelajar sekolah dan perguruan tinggi AS. Walaupun korelasi negatif ditemukan dengan jelas, analisis ini tidak mengidentifikasi sebab musababnya, namun menilai bahwa faktor-faktor seperti latar belakang keluarga yang otoriter dan kelas sosial mungkin memainkan sebagian peran penting.

Pada sensus pemerintah Australia pada tahun 2006, pada pertanyaan yang menanyakan Apakah agama anda? Dari keseluruhan populasi, 18,7% mencentang kotak tak beragama ataupun menulis sebuah respon yang diklasifikasikan sebagai non-religius (humanisme, agnostik, ateis). Pertanyaan ini bersifat sukarela dan 11,2% tidak menjawab pertanyaan ini. Pada sensus Selandia Baru 2006 yang menanyakan Apakah agama anda?, 34,7% mengindikasikan tidak beragama, 12,2% tidak merespon ataupun keberatan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Ateisme , Agama , dan Moralitas

Walaupun orang yang mengaku sebagai ateis biasanya diasumsikan tak beragama, beberapa sekte agama tertentu pula ada yang menolak keberadaan dewa pencipta yang personal. Pada akhir-akhir ini, aliran-aliran keagamaan tertentu juga telah menarik banyak penganut yang secara terbuka ateis, seperti misalnya Yahudi ateis atau Yahudi humanis dan Kristen ateis.

Dikarenakan artian paling kaku ateisme positif tidak memerlukan kepercayaan spesifik apapun diluar ketidakpercayaan pada dewa/tuhan, ateis dapat memiliki kepercayaan spiritual apapun. Untuk alasan yang sama pula, para ateis dapat berpegang pada berbagai kepercayaan etis, mulai dari universalisme moral humanisme, yang berpandangan bahwa nilai-nilai moral haruslah diterapkan secara konsisten kepada seluruh manusia, sampai dengan nihilisme moral, yang berpendapat bahwa moralitas adalah hal yang tak berarti.
Walaupun ia merupakan kebenaran filosofis, yang secara ringkas dipaparkan dalam karya Plato dilema Euthyphro bahwa peran tuhan dalam menentukan yang benar dari yang salah adalah tidak diperlukan maupun adalah sewenang-wenang, argumen bahwa moralitas haruslah diturunkan dari Tuhan dan tidak dapat ada tanpa pencipta yang bijak telah menjadi isu-isu yang terus menerus muncul dalam debat politik. Persepsi moral seperti "membunuh adalah salah" dilihat sebagai hukum Tuhan, yang memerlukan pembuat hukum dan hakim. Namun, banyak ateis yang berargumen bahwa memperlakukan moralitas secara legalistik adalah analogi salah, dan bahwa moralitas tidak seperlunya memerlukan seorang pencipta hukum sama halnya hukum itu sendiri.

Filsuf Susan Neiman dan Julian Baggini menegaskan bahwa perilaku etis yang dilakukan hanya karena mandat Yang Di atas bukanlah perlaku etis yang sebenarnya, melainkan hanyalah kepatuhan buta. Baggini berargumen bahwa ateisme merupakan dasar etika yang lebih superior, dan mengklaim bahwa dasar moral di luar perintah agama adalah diperlukan untuk mengevaluasi moralitas perintah itu sendiri. Sebagai contoh, perintah "anda haruslah mencuri" adalah amoral bahkan jika suatu agama memerintahkannya, sehingga ateis memiliki keuntungan untuk dapat lebih melakukan evaluasi tersebut daripada umat beragama yang mematuhi perintah agamanya sendiri. Filsuf politik kontemporer Britania Martin Cohen menawarkan contoh historis perintah Alkitab yang menganjurkan penyiksaan dan perbudakan sebagai bukti bahwa perintah-perintah religius mengikuti norma-norma sosial dan politik, dan bukannya norma-norma sosial dan politik yang mengikuti perintah religius. Namun ia juga mencatat bahwa kecenderungan yang sama jugalah terjadi pada filsuf-filsuf yang tidak memihak dan objektif. Cohen memperluas argumen ini dengan lebih mendetail pada Political Philosophy from Plato to Mao dalam kasus kitab Al-Qur'an yang ia lihat telah memiliki peran yang disesalkan dalam memelihara kode-kode sosial zaman pertengahan di tengah-tengah perubahan masyarakat sekuler.

Walaupun demikian, para ateis seperti Sam Harris berargumen bahwa kebergantungan agama Barat pada otoritas Yang Di Atas berkontribusi pada otoritarianisme dan dogmatisme. Sebenarnya pula, fundamentalisme agama dan agama ekstrinsik (agama dipeluk karena ia lebih menguntungkan) berkorelasi dengan otoritarianise, dogmatisme, dan prasangka. Argumen ini, bersama dengan kejadian-kejadian historis seperti Perang Salib, Inkuisisi, dan penghukuman tukang sihir, sering digunakan oleh para ateis yang antiagama untuk membenarkan pandangan mereka.

Ateisme Dalam Hindu

Ateisme dalam Hindu (Sansekerta: nir-īśvara-vāda, "pernyataan tak ada Tu(h)an") atau "tidak percaya kepada Tuhan/Dewa" merupakan salah satu konsep yang terdapat dalam tubuh filsafat Hindu, selain mengenal konsep henoteisme, panteisme, monisme, monoteisme, dan politeisme dalam konsep ketuhanannya.

Ateisme Astika

Istilah Āstika kadangkala diterjemahkan sebagai "bertuhan" dan Nāstika sebagai "ateis" atau "tak bertuhan". Kata Sansekerta asti berarti "ada", dan Āstika menurut Panini 4.2.60 diambil dari kata kerja atau verba yang artinya "seseorang yang mengatakan 'asti', ia yang percaya akan keberadaan [Tuhan/Dewa, atau dunia lain, dsb.]" Jika digunakan sebagai istilah teknis, dalam filsafat Hindu, istilah Āstika merujuk kepada kepercayaan pada Veda, dan bukan kepercayaan akan adanya Tuhan.
Ada enam mazhab falsafi dalam agama Hindu yang seringkali dirujuk sebagai Shat (Astik) Darshana (darshana artinya "sudut pandang"). Dalam mazhab Astika dari filsafat Hindu, Saṃkhya dan mazhab awal mīmāṃsā tidak menerima akan adanya Tuhan dalam sistematik kepercayaan mereka.

Sudut pandang ateistis seperti disajikan dalam mazhab Saṃkhya dan Mīmāṃsā dalam filsafat Hindu berwujud penolakan akan adanya sang Tuhan Pencipta. Mazhab Saṃkhya percaya akan adanya keberadaan dualis daripada Prakreti ("alam") dan Purusa ("jiwa") dan tidak memiliki tempat untuk Iswara ("Tuhan") pada sistematikanya. Kedua unsur tersebut merupakan unsur pokok pembentuk alam semesta, menggantikan peran Tuhan sebagai pencipta. Para ahli meyakini bahwa ajaran ini berakar dari nilai-nilai positif atheis. Kaum Mimamsaka awal percaya akan adanya adṛṣṭa ("tak tampak") yang merupakan hasil pelaksanaan daripada karma ("karya") dan tidak melihat keperluan adanya Tuhan atau Iswara dalam sistematika mereka. Mīmāṃsā, sebagai filsafat hanya secara khusus berurusan dengan karma dan oleh karena itu kadangkala disebut sebagai Karma-Mīmāṃsā. Karma yang dibahasa dalam Mīmāṃsā berurusan dengan pelaksanaan Yajña ("kurban kepada Tuhan/Dewa") yang ada dalam kitab Veda.
Falsafah Vedanta memiliki pengikut yang gencar memperkenalkan sebuah Nirguna Brahman di mana contoh utamanya adalah Adi Shankara.

Ateisme Nastika

Dalam filsafat India, ada tiga mazhab falsafi yang biasanya disebut sebagai Nastika: Jainisme, Buddhisme dan Carvaka karena ketiganya menolak ajaran Veda. Nastika lebih merujuk ketidakpercayaan terhadapa\ Veda daripada ketidakpercayaan kepada Tuhan. Namun mazhab ini semua juga menyangkal adanya konsep bahwa ada Tuhan Pencipta dan kata Nastika menjadi diasosiasikan kepada mereka.

Carvaka, sebuah mazhab ateis merunut asal-usulnya sampai tahun 600 SM. Mazhab ini memperkenalkan gaya hidup hedonis dan menyatakan bahwa tidak ada kehidupan setelah kematian. Filsafat Carvaka nampaknya punah setelah tahun 1400. Buddhisme dan Jainisme asalnya juga dari sebelum tahun 300 SM, tapi berbeda dengan Carvaka karena mereka tidak hedonis. Sampai sekarang diperdebatkan apakah pengikut kuna Jainisme dan Buddhisme adalah umat Hindu atau non-Hindu, sebab sama seperti umat Hindu mereka membicarakan Aryasanga, karma, brahman dan Moksha.

Kaum Ateis Hindu Masa Kini

Pemenang Hadiah Nobel India, Amartya Sen, pada sebuah wawancara dengan Pranab Bardhan dari California Magazine yang diterbitkan pada bulan Juli-Agustus 2006 oleh University of California, Berkeley menyatakan:

In some ways people had got used to the idea that India was spiritual and religion-oriented. That gave a leg up to the religious interpretation of India, despite the fact that Sanskrit had a larger atheistic literature than exists in any other classical language. Even within the Hindu tradition, there are many people who were atheist. Madhava Acharya, the remarkable 14th century philosopher, wrote this rather great book called Sarvadarshansamgraha, which discussed all the religious schools of thought within the Hindu structure. The first chapter is "Atheism" - a very strong presentation of the argument in favor of atheism and materialism.

Terjemahan:

Secara langsung atau tidak orang sudah dari dulu terbiasa dengan gagasan bahwa India itu berorientasikan rohani dan oleh agama. Hal ini menyumbang hal besar dalam interpretasi agama India, meskipun ada fakta bahwa bahasa Sanskrit mempunyai kesusasteraan ateis yang lebih besar daripada yang ada di bahasa klasik lain yang mana pun. Dalam tradisi Hindu pun, ada banyak orang ateis. Madhava Acharya, seorang filsuf luar biasa dari abad ke-14, menulis buku ini yang lumayan hebat Sarvadarshansamgraha, yang membicarakan semua mazhab agama dalam struktur Hindu. Bab pertama adalah "Ateism" - penyajian argumen yang sangat kuat yang menyukai ateisme dan materialisme.